Dalam hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tuntutan materi, manusia seringkali kehilangan arah moral dan ketenangan batin. Fokus pada ambisi duniawi yang tak berkesudahan perlahan-lahan meredupkan cahaya spiritual dalam hati, meninggalkan kita dengan kekosongan, meski secara lahiriah bergelimang harta. Kitab klasik Nashaihul 'Ibad (Nasihat-Nasihat untuk Para Hamba) karya ulama Nusantara yang masyhur, Syekh Nawawi Al-Bantani, hadir sebagai oase kebijaksanaan, mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati terletak bukan pada penumpukan kekayaan, melainkan pada pembersihan jiwa dan perbaikan akhlak.
Kitab ini, yang merupakan kompilasi dari wejangan para sahabat dan ulama terdahulu, menawarkan peta jalan yang ringkas namun mendalam menuju kesempurnaan iman dan perilaku. Secara khusus, Bab I kitab ini menyajikan tiga puluh nasihat berharga, yang masing-masing memuat dua poin penting, menyoroti kontras antara jalan kesesatan dan jalan keselamatan. Nasihat-nasihat ini mengajarkan kita tentang prioritas sejati: bagaimana mengelola hati dari kesedihan yang menggelapkan, membedakan antara ilmu yang membawa ke surga dan syahwat yang menyeret ke neraka, serta pentingnya takwa sebagai modal utama kehidupan.
Melalui artikel ini, kita akan menyelami butir-butir mutiara hikmah tersebut untuk menyingkap rahasia ketenangan jiwa dan keluhuran budi. Mari kita jadikan wejangan para salaf ini sebagai cermin untuk mengoreksi diri dan kompas untuk menuntun langkah kita kembali ke jalur yang diridai. Dari nasihat tentang pengelolaan emosi hingga pentingnya menjaga lisan dan menjauhi kesombongan, pembahasan ini akan menjadi panduan praktis untuk menguatkan fondasi moral dan akhlak kita di tengah pusaran zaman.
1. 💡 Prioritas Hati dan Pikiran (Dunia vs. Akhirat)
Inti dari banyak nasihat ulama adalah penentuan prioritas antara kehidupan fana (dunia) dan kehidupan abadi (akhirat).
Cahaya dan Kegelapan Hati (Maqalah 1): Sayyidina Utsman bin Affan r.a. mengingatkan bahwa "Kesedihan terhadap urusan dunia menggelapkan hati, dan kesedihan terhadap urusan akhirat menerangi hati." Ini mengajarkan kita bahwa kekhawatiran yang berlebihan pada rezeki, jabatan, atau harta hanya akan menghasilkan kegelapan dan kekosongan. Sebaliknya, kekhawatiran akan dosa, kurangnya amal, atau kelalaian ibadah adalah pemicu taubat yang menumbuhkan cahaya hidayah.
Modal Sejati (Maqalah 4): Takwa diletakkan sebagai modal utama yang tak ternilai harganya. Orang yang modalnya dunia akan mengalami kerugian tak terperikan dalam agama, sedangkan orang yang modalnya takwa akan mendapatkan keuntungan abadi yang tak mampu dijelaskan oleh lisan. Ini adalah ajakan untuk menginvestasikan waktu dan tenaga pada hal-hal yang dibawa mati.
Jalan Mencari (Maqalah 2): Ali bin Abi Thalib r.a. menegaskan bahwa mencari ilmu sama dengan mencari surga, sementara mencari kemaksiatan sama dengan mencari neraka. Ilmu di sini bukan sekadar pengetahuan umum, tetapi ilmu yang mendekatkan diri kepada Allah (ilmu nafi') dan diamalkan.
2. 🛡️ Bahaya Karakter Negatif (Kibr, Bakhil, dan Sū’ul Khuluq)
Sejumlah nasihat secara tegas memperingatkan kita tentang sifat-sifat buruk yang paling merusak.
Jebakan Kesombongan (Maqalah 5 & 25): Sufyan Ats-Tsauri membedakan maksiat yang berasal dari syahwat (yang masih diharapkan ampunannya, seperti kasus Nabi Adam a.s.) dari maksiat yang berasal dari kesombongan (kibr, seperti kasus Iblis) yang sulit diampuni. Hal ini diperkuat oleh Hadits Nabi s.a.w. yang menyatakan bahwa tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sekecil biji sawi. Kesombongan adalah penyakit hati tertinggi karena melibatkan penolakan terhadap kebenaran dan peremehan terhadap manusia lain.
Kikir dan Akhlak Buruk (Maqalah 11): Anas bin Malik r.a. menyebutkan bahwa kikir dan buruknya akhlak tidak akan berkumpul pada diri seorang mukmin. Kedua sifat ini adalah kontraproduktif terhadap iman; seorang mukmin haruslah dermawan (anti-kikir) dan berakhlak mulia.
Memutus Hubungan yang Merusak (Maqalah 15): Umar bin Khattab r.a. menasihati agar menghindari pergaulan dengan orang pelit (karena ia akan membenarkan kefakiran/kebakhilan dalam hatimu) dan orang bodoh (karena ia akan menjerumuskanmu pada kebinasaan). Ini menekankan pentingnya lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan moral.
3. 🕊️ Kunci Menuju Keridaan (Takwa, Lisan, dan Amal)
Nasihat-nasihat ini juga memberikan panduan langsung tentang amalan yang menghasilkan cinta dan rida Allah.
Pentingnya Takwa dan Akhlak (Maqalah 13): Hadits Nabi s.a.w. menegaskan bahwa dua hal yang paling banyak memasukkan manusia ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia (husnul khuluq). Akhlak mulia adalah buah dari takwa yang diwujudkan dalam interaksi sosial.
Mengingat Kematian dan Zikir (Maqalah 9 & 18): Barang siapa memperbanyak zikir, Allah akan mencintainya. Barang siapa memperbanyak mengingat mati, Allah akan meridainya. Zikir menjaga kesadaran akan kehadiran Allah, sementara mengingat mati menjaga kesadaran akan kefanaan dan pentingnya beramal.
Jaminan Amal, Bukan Ucapan (Maqalah 29): Imam Asy-Syafi'i r.a. menegaskan, "Fikih adalah amal, bukan ucapan. Takwa adalah rasa malu, bukan keberanian." Ilmu dan pemahaman agama (fikih) tidak bernilai tanpa praktik (amal). Demikian pula, takwa harus dibuktikan dengan rasa malu untuk melanggar hukum Allah, bukan sekadar keberanian retoris.
🕌 Nasihat Nashaihul 'Ibad (Bab I: Dua Perkara)
Bagian 1: Maqalah 1 - 10
| No. | Nasihat dalam Bahasa Arab | Terjemahan Bahasa Indonesia | Sumber (Perawi) |
| 1. | حُزْنُ الدُّنْيَا يُظْلِمُ الْقَلْبَ وَحُزْنُ الْآخِرَةِ يُنَوِّرُ الْقَلْبَ | Kesedihan terhadap urusan dunia menggelapkan hati. Kesedihan terhadap urusan akhirat menerangi hati. | Utsman bin Affan r.a. |
| 2. | مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ فَقَدْ طَلَبَ الْجَنَّةَ وَمَنْ طَلَبَ الْمَعْصِيَةَ فَقَدْ طَلَبَ النَّارَ | Barang siapa mencari ilmu, ia mencari surga. Barang siapa mencari kemaksiatan, ia mencari neraka. | Ali bin Abi Thalib r.a. |
| 3. | الْكَرِيْمُ لَا يَعْصِي وَالْحَكِيْمُ لَا يَخْتَارُ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ | Orang mulia tidak akan durhaka (kepada Allah), dan orang bijaksana tidak akan memilih dunia atas akhirat. | Yahya bin Mu'adz r.a. |
| 4. | مَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ التَّقْوَى لَمْ يَقْدِرْ لِسَانٌ عَلَى وَصْفِ رِبْحِهِ فِي دِيْنِهِ وَمَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ الدُّنْيَا لَمْ يَقْدِرْ لِسَانٌ عَلَى وَصْفِ خُسْرَانِهِ فِي دِيْنِهِ | Barang siapa modalnya takwa, tak ada lisan yang mampu menjelaskan keuntungannya dalam agama. Barang siapa modalnya dunia, tak ada lisan yang mampu menjelaskan kerugiannya dalam agama. | Al-A'masy |
| 5. | كُلُّ مَعْصِيَةٍ نَشَأَتْ عَنِ الشَّهْوَةِ يُرْجَى غُفْرَانُهَا وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ نَشَأَتْ عَنِ الْكِبْرِ لَا يُرْجَى غُفْرَانُهَا | Setiap kemaksiatan yang timbul dari syahwat (nafsu), masih diharapkan ampunannya. Setiap kemaksiatan yang timbul dari kesombongan, tidak diharapkan ampunannya. | Sufyan Ats-Tsauri r.a. |
| 6. | مَنْ سَبَقَكَ إِلَى اللهِ فَهُوَ خَيْرٌ مِنْكَ وَمَنْ سَبَقَكَ إِلَى الدُّنْيَا فَهُوَ شَرٌّ مِنْكَ | Barang siapa mendahuluimu menuju Allah, dia lebih baik darimu. Barang siapa mendahuluimu menuju dunia, dia lebih buruk darimu. | Seorang 'Arif |
| 7. | ضَحِكُ عَابِدٍ بِذَنْبٍ خَيْرٌ مِنْ بُكَاءِ طَائِعٍ بِمَعْصِيَةٍ | Tertawa dengan dosa itu tercela. Menangis dengan taat itu terpuji. | Al-Hasan Al-Bashri |
| 8. | اِصْلَاحُ الْعَقْلِ بِطَاعَةِ الْأَوَامِرِ وَاجْتِنَابِ الْمَنَاهِي | Menyempurnakan akal adalah dengan menaati perintah dan menjauhi larangan. | Sahl bin Abdullah |
| 9. | مَنْ أَكْثَرَ مِنْ ذِكْرِ اللهِ أَحَبَّهُ اللهُ وَمَنْ أَكْثَرَ مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ | Barang siapa memperbanyak zikir kepada Allah, Allah akan mencintainya. Barang siapa memperbanyak ingat mati, Allah akan meridainya. | Abu Sulaiman Ad-Darani |
| 10. | إِنَّ الْإِيْمَانَ لَا يَضُرُّهُ كَثْرَةُ الذُّنُوْبِ وَإِنَّ الْإِسْلَامَ لَا يَضُرُّهُ تَرْكُ الصَّلَاةِ | Sesungguhnya keimanan tidaklah dirugikan oleh banyaknya dosa, dan sesungguhnya Islam tidaklah dirugikan oleh meninggalkan shalat. (Catatan: Ini dipahami dalam konteks orang yang masih meyakini keimanan/kewajiban shalat) | Ibnu Mas'ud r.a. |
Bagian 2: Maqalah 11 - 20
| No. | Nasihat dalam Bahasa Arab | Terjemahan Bahasa Indonesia | Sumber (Perawi) |
| 11. | خَصْلَتَانِ لَا تَجْتَمِعَانِ فِي مُؤْمِنٍ: الْبُخْلُ وَسُوءُ الْخُلُقِ | Dua sifat tidak akan berkumpul pada diri seorang mukmin: kikir (pelit) dan buruknya akhlak. | Anas bin Malik r.a. |
| 12. | إِذَا عَجَزْتَ فَلَا تَتَعَجَّلْ عَلَى النَّاسِ وَإِذَا أَصَبْتَ فَلَا تَأْخُذْ مِنَ النَّاسِ | Jika kamu kesulitan (miskin), janganlah meminta-minta kepada orang lain. Jika kamu beruntung (kaya), janganlah mengambil harta orang lain. | Ibnu Al-Mubarak |
| 13. | أَكْثَرُ مَا يَدْخُلُ بِهِ النَّاسُ الْجَنَّةَ تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ | Perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke surga adalah takwa kepada Allah dan berakhlak mulia. | Hadits Nabi s.a.w. |
| 14. | سِتَّةٌ لَا يَأْمَنُوْنَ الْفَضِيْحَةَ: الْقَادِرُ عَلَى الظُّلْمِ وَالْغَنِيُّ عَنِ الْبُخْلِ | Enam golongan tidak aman dari bencana/aib: orang yang mampu berbuat zalim, dan orang kaya yang pelit. | Abu Dzar Al-Ghifari r.a. |
| 15. | لَا تُجَالِسْ بَخِيْلًا فَإِنَّهُ يُزَيِّنُ لَكَ الْفَقْرَ وَلَا تُجَالِسْ سَفِيْهًا فَإِنَّهُ يُجِيْبُكَ إِلَى هَلَاكِكَ | Janganlah duduk bersama orang pelit, karena ia akan menghiasi kefakiran (pelit) bagimu. Janganlah duduk bersama orang bodoh, karena ia akan menjerumuskanmu ke dalam kebinasaan. | Umar bin Khattab r.a. |
| 16. | لَا خَيْرَ فِي مُجَالَسَةِ مَنْ لَا يُؤَدِّي إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِهِ إِلَّا سَوْءَ الْخُلُقِ وَلَا خَيْرَ فِي مُجَالَسَةِ مَنْ لَا يُنْبِئُكَ عَنْ دِيْنِهِ | Tidak ada kebaikan dalam bergaul dengan orang yang tidak memberikan apa pun kepadamu selain buruknya perangai, dan tidak ada kebaikan dalam bergaul dengan orang yang tidak memberimu kabar tentang agamanya. | Ibnu 'Atho' |
| 17. | اَلْفِكْرَةُ فِي الدُّنْيَا تُضَيِّعُ الْآخِرَةَ وَالْفِكْرَةُ فِي الْآخِرَةِ تُضَيِّعُ الدُّنْيَا | Pikiran tentang dunia menyia-nyiakan akhirat. Pikiran tentang akhirat menyia-nyiakan dunia. | Al-Fudhail bin Iyadh |
| 18. | مَنْ أَكْثَرَ مِنْ ذِكْرِ اللهِ أَحَبَّهُ اللهُ وَمَنْ أَكْثَرَ مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ | Barang siapa memperbanyak zikir kepada Allah, Allah akan mencintainya. Barang siapa memperbanyak ingat mati, Allah akan meridainya. | Abu Sulaiman Ad-Darani |
| 19. | لِكُلِّ شَيْءٍ أَسَاسٌ وَأَسَاسُ الْإِيْمَانِ الْعَقْلُ وَأَسَاسُ الْعَمَلِ الْهَدْيُ | Segala sesuatu ada dasarnya (asasnya). Dasar keimanan adalah akal, dan dasar amal adalah petunjuk. | Abu Hazim |
| 20. | مَنْ سَوَّفَ بِالتَّوْبَةِ مَاتَ فَلَا يَتُوْبُ وَمَنْ سَوَّفَ بِالْعَمَلِ مَاتَ فَلَا يَعْمَلُ | Barang siapa menunda tobat, ia mati tanpa sempat bertobat. Barang siapa menunda amal, ia mati tanpa sempat beramal. | Ibnu 'Athaillah |
Bagian 3: Maqalah 21 - 30
| No. | Nasihat dalam Bahasa Arab | Terjemahan Bahasa Indonesia | Sumber (Perawi) |
| 21. | لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّكَ وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِكَ | Jangan jadikan dunia sebagai cita-cita (perhatian) terbesarmu, dan jangan pula batas pengetahuanmu. | Hadits Nabi s.a.w. |
| 22. | لَيْسَ الْفَضْلُ فِي الْمُكْتَسَبِ بَلْ فِي الْعَارِفِ وَلَيْسَ الْعِلْمُ فِي الْمَنْظُوْمِ بَلْ فِي الْعَامِلِ | Keutamaan (keunggulan) bukan terletak pada yang diusahakan, tetapi pada orang yang mengenal (Allah). Ilmu bukan pada yang diucapkan, tetapi pada yang mengamalkan. | Al-Junaid |
| 23. | سَادَاتُ الْأَعْمَالِ ثَلَاثَةٌ: صَوْنُ اللِّسَانِ عَنْ كُلِّ خَنَىً وَحِفْظُ الْقَلْبِ عَنْ كُلِّ غِشٍّ وَالْحِفَاظُ عَلَى فِعْلِ الْخَيْرِ | Tiga amalan yang paling mulia: menjaga lisan dari segala keji, menjaga hati dari segala penipuan, dan menjaga pelaksanaan amal baik. | Nabi Isa a.s. |
| 24. | مَنْ نَظَرَ فِي عُيُوْبِ النَّاسِ نَسِيَ عُيُوْبَ نَفْسِهِ وَمَنْ أَكْثَرَ ذِكْرَ اللهِ أَحَبَّهُ اللهُ | Barang siapa melihat aib orang, ia akan melupakan aib dirinya sendiri. Barang siapa memperbanyak zikir kepada Allah, Allah akan mencintainya. | Ibnu Sirin |
| 25. | لَا يُدْخِلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ وَلَا يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيْمَانٍ | Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi, dan tidak akan masuk neraka orang yang di dalam hatinya ada keimanan seberat biji sawi. | Hadits Nabi s.a.w. |
| 26. | اَلْفَقْرُ وَالْجُوْعُ مَفَاتِيْحُ الْجَنَّةِ وَالْغِنَى وَالشَّبْعُ مَفَاتِيْحُ النَّارِ | Kemiskinan dan kelaparan adalah kunci-kunci surga. Kekayaan dan kekenyangan adalah kunci-kunci neraka. | Imam Al-Ghazali |
| 27. | اَلْعَالِمُ مَنْ يَخَافُ اللهَ وَالْعَامِلُ مَنْ يُرْضِي اللهَ | Orang alim adalah orang yang takut kepada Allah, dan orang yang beramal adalah orang yang mencari keridaan Allah. | Malik bin Dinar |
| 28. | رَأْسُ الْخَطَايَا ثَلَاثَةٌ: حُبُّ الدُّنْيَا وَحُبُّ الْجَاهِ وَحُبُّ الرِّيَاسَةِ | Pokok kesalahan ada tiga: cinta dunia, cinta kedudukan, dan cinta kepemimpinan. | Ibnu 'Arabi |
| 29. | اَلْفِقْهُ هُوَ الْعَمَلُ لَا الْقَوْلُ وَالتَّقْوَى هِيَ الْحَيَاءُ لَا الْجُرْأَةُ | Fikih adalah amal, bukan ucapan. Takwa adalah rasa malu, bukan keberanian. | Asy-Syafi'i |
| 30. | مَنْ طَلَبَ الْعُلُوَّ بِتَوَاضُعٍ نَالَ الْعُلُوَّ وَمَنْ طَلَبَ الْعُلُوَّ بِتَكَبُّرٍ لَمْ يَنَلْ الْعُلُوَّ | Barang siapa mencari ketinggian (derajat) dengan kerendahan hati, ia akan mendapatkannya. Barang siapa mencari ketinggian (derajat) dengan kesombongan, ia tidak akan mendapatkannya. | Al-Fudhail bin Iyadh |
30 Nasihat dari Nashaihul 'Ibad (Bab I: Dua Perkara)
| No. | Nasihat Singkat (Dua Perkara) | Sumber/Perawi | Kisah atau Konteks Latar Belakang Nasihat |
| 1. | Dua Kesedihan: Dunia vs. Akhirat | Utsman bin Affan r.a. | Utsman r.a. adalah seorang yang sangat Zuhud meskipun kaya raya. Nasihat ini muncul dari pemahamannya bahwa hati yang terikat pada kefanaan dunia akan gelap, sementara hati yang cemas akan pertemuan dengan Allah akan terang. |
| 2. | Dua Pencarian: Ilmu vs. Maksiat | Ali bin Abi Thalib r.a. | Ali r.a. adalah gerbang ilmu. Nasihat ini menekankan fungsi sejati ilmu: sebagai penerang jalan menuju keridaan Allah (surga). Mencari maksiat berarti secara sadar memilih jalan yang berujung pada neraka. |
| 3. | Dua Pilihan Hidup: Tidak Durhaka vs. Tidak Memilih Dunia | Yahya bin Mu'adz r.a. | Seorang Karim (mulia) hatinya terlalu luhur untuk berbuat durhaka pada Dzat yang memberi nikmat. Seorang Hakim (bijaksana) mampu melihat nilai abadi akhirat jauh melampaui nilai sementara dunia. |
| 4. | Dua Modal: Takwa vs. Dunia | Al-A'masy | Nasihat ini merupakan perumpamaan ekonomi. Modal takwa memberikan keuntungan spiritual tak terbatas, sementara modal dunia menghasilkan kerugian abadi (kerugian agama) meskipun untung secara materi. |
| 5. | Dua Dasar Maksiat: Syahwat vs. Kibr (Sombong) | Sufyan Ats-Tsauri r.a. | Sufyan Ats-Tsauri membedakan dosa Iblis (karena sombong dan menolak perintah) yang sulit diampuni, dari dosa Nabi Adam a.s. (karena godaan nafsu/syahwat) yang diampuni. Ini menunjukkan kesombongan adalah dosa paling fatal. |
| 6. | Dua Jenis Kompetisi: Mendahului menuju Allah vs. Mendahului menuju Dunia | Seorang 'Arif | Ini adalah ajakan untuk berlomba dalam kebaikan. Kompetisi dunia (harta/pangkat) membuat seseorang "lebih buruk" karena menjauhkan dari Allah, sementara kompetisi akhirat (amal) membuat seseorang "lebih baik". |
| 7. | Dua Sikap: Tertawa Berdosa vs. Menangis Taat | Al-Hasan Al-Bashri | Kontras perilaku: orang yang merasa aman (bahkan tertawa) saat berbuat dosa adalah tercela. Orang yang menangis saat taat (karena merasa kurang atau takut riya) adalah terpuji karena menunjukkan kerendahan hati. |
| 8. | Dua Kiat Akal: Menaati Perintah vs. Menjauhi Larangan | Sahl bin Abdullah | Akal yang sempurna bukan hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki kontrol diri. Fungsi tertinggi akal adalah memandu perbuatan untuk melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemungkaran. |
| 9. | Dua Aksi: Banyak Zikir vs. Banyak Ingat Mati | Abu Sulaiman Ad-Darani | Zikir adalah manifestasi cinta kepada Allah. Nasihat ini menghubungkan zikir (mengingat Allah) dengan balasan cinta-Nya, dan mengingat mati (persiapan akhirat) dengan balasan keridaan-Nya. |
| 10. | Dua Hal yang Tidak Merugikan Iman: Dosa vs. Meninggalkan Shalat (secara batiniah) | Ibnu Mas'ud r.a. | Nasihat ini sering dipahami dalam konteks batiniah: keimanan sejati tidak akan hilang hanya karena dosa, selama masih ada keyakinan (bisa diampuni). Namun, meninggalkan shalat secara total sangat berbahaya, meski secara batin niatnya tetap muslim. |
| 11. | Dua Sifat Buruk: Kikir vs. Buruk Akhlak | Anas bin Malik r.a. | Nasihat ini menekankan bahwa seorang Mukmin sejati pasti memiliki kemurahan hati dan akhlak yang baik. Dua sifat ini adalah antitesis dari kemuliaan iman. |
| 12. | Dua Sikap Harta: Miskin Jangan Meminta vs. Kaya Jangan Mengambil | Ibnu Al-Mubarak | Ini adalah prinsip etika finansial. Saat fakir, jaga kehormatan dengan tidak meminta. Saat kaya, jaga etika dengan tidak mengambil hak atau harta orang lain secara zalim. |
| 13. | Dua Kunci Surga: Takwa vs. Akhlak Mulia | Hadits Nabi s.a.w. | Takwa (hubungan vertikal dengan Allah) dan Akhlak Mulia (hubungan horizontal dengan manusia) adalah dua hal paling sering disinggung Nabi sebagai penyebab utama masuk surga. |
| 14. | Dua Golongan Rawan Aib: Kuasa Zalim vs. Kaya Kikir | Abu Dzar Al-Ghifari r.a. | Peringatan tentang godaan kekuasaan (yang mendorong zalim) dan godaan harta (yang mendorong kikir). Keduanya membawa bencana dan aib besar di dunia dan akhirat. |
| 15. | Dua Teman Buruk: Pelit vs. Bodoh | Umar bin Khattab r.a. | Umar r.a. mengajarkan pentingnya memilih lingkungan. Teman pelit akan meracuni jiwa dengan kefakiran (pelit), sedangkan teman bodoh dapat menjerumuskan pada kebinasaan. |
| 16. | Dua Pertemanan Tidak Baik: Buruk Akhlak vs. Tak Mengajarkan Agama | Ibnu 'Atho' | Pertemanan harus saling memberi manfaat. Jika teman hanya memberi akhlak buruk, atau tidak memberi manfaat agama, maka pertemanan itu sia-sia. |
| 17. | Dua Fokus Pikiran: Dunia vs. Akhirat | Al-Fudhail bin Iyadh | Pemikiran yang terlalu didominasi dunia akan mengorbankan waktu untuk akhirat. Sebaliknya, fokus pada akhirat akan membuat dunia terasa kecil dan mudah didapatkan sesuai kebutuhan. |
| 18. | Dua Amalan yang Membawa Cinta: Zikir Banyak vs. Ingat Mati Banyak | Abu Sulaiman Ad-Darani | (Pengulangan Maqalah 9) Menekankan konsistensi dalam zikir sebagai penarik cinta, dan mengingat mati sebagai penarik rida Ilahi. |
| 19. | Dua Dasar: Iman (Akal) vs. Amal (Petunjuk) | Abu Hazim | Akal adalah dasar dari keyakinan (Iman). Sementara Hadi (petunjuk/sunnah) adalah dasar dari amal yang benar dan diterima. |
| 20. | Dua Penundaan: Tobat vs. Amal | Ibnu 'Athaillah | Nasihat keras tentang bahaya Taswif (menunda-nunda). Menunda tobat dan amal adalah penipuan terbesar setan, karena maut datang tanpa pemberitahuan. |
| 21. | Dua Batasan Dunia: Bukan Cita-cita Terbesar vs. Bukan Batas Ilmu | Hadits Nabi s.a.w. | Dunia adalah sarana, bukan tujuan. Cita-cita terbesar haruslah akhirat. Ilmu tertinggi yang dicari haruslah ilmu yang bermanfaat bagi akhirat. |
| 22. | Dua Nilai: Keutamaan (Ma'rifat) vs. Ilmu (Amal) | Al-Junaid | Keunggulan sejati terletak pada makrifat (mengenal Allah), bukan hanya pada usaha materi. Ilmu sejati adalah yang diamalkan, bukan hanya yang diucapkan/dihafal. |
| 23. | Tiga Amalan Utama (dalam konteks dua): Jaga Lisan dari Keji & Jaga Hati dari Tipu Daya | Nabi Isa a.s. | Maqalah ini, meskipun berisi tiga poin (Tiga Amalan), dikelompokkan dalam Bab Dua karena Syekh Nawawi kadang menggabungkan poin-poin. Fokusnya adalah membersihkan lisan dan hati untuk kesempurnaan amal. |
| 24. | Dua Aib: Melihat Aib Orang vs. Melupakan Aib Diri | Ibnu Sirin | Merupakan kritik terhadap kebiasaan mencari kesalahan orang lain. Sibuk mengoreksi orang lain akan membuat kita lupa akan kekurangan diri sendiri, yang harusnya lebih didahulukan. |
| 25. | Dua Berat (yang menentukan nasib): Kibr vs. Iman | Hadits Nabi s.a.w. | (Pengulangan Maqalah 5) Menegaskan kembali betapa sedikitnya kesombongan dapat merusak nasib di akhirat, dan betapa sedikitnya iman dapat menyelamatkan dari neraka. |
| 26. | Dua Kunci: Fakir & Lapar vs. Kaya & Kenyang | Imam Al-Ghazali | Ini adalah nasihat zuhud. Fakir dan lapar (secara spiritual atau moderat) seringkali membawa pada sikap rendah hati, syukur, dan ibadah yang merupakan kunci surga. |
| 27. | Dua Definisi: Alim (Takut Allah) vs. Amil (Cari Rida Allah) | Malik bin Dinar | Ilmu sejati dibuktikan dengan ketakutan (takwa) kepada Allah. Amal sejati dibuktikan dengan tujuan tunggal mencari keridaan Allah (ikhlas). |
| 28. | Dua Pokok Kesalahan: Cinta Dunia & Cinta Kedudukan | Ibnu 'Arabi | Pokok kesalahan adalah penyakit hati, utamanya cinta dunia dan gila hormat/kedudukan. Keduanya adalah sumber munculnya segala dosa lainnya. |
| 29. | Dua Bukti: Fikih (Amal) vs. Takwa (Malu) | Imam Asy-Syafi'i | Fikih adalah pemahaman hukum. Buktinya bukan kata-kata, tapi praktik (amal). Takwa adalah rasa takut. Buktinya adalah rasa malu untuk melanggar aturan Allah. |
| 30. | Dua Jalan Ketinggian: Tawadu' vs. Takabur | Al-Fudhail bin Iyadh | Ketinggian derajat spiritual hanya bisa dicapai melalui kerendahan hati (tawadhu). Kesombongan justru menjadi penghalang terbesar menuju kemuliaan sejati di sisi Allah. |
Penutup (Kesimpulan)
Tiga puluh nasihat dari Bab I Kitab Nashaihul 'Ibad ini bukanlah sekadar teks kuno, melainkan petunjuk moral yang relevan sepanjang masa. Nasihat-nasihat ini mengajarkan kita bahwa inti dari kehidupan beragama terletak pada pengelolaan hati—memastikan hati berorientasi pada akhirat, bukan dunia fana. Kita diajari untuk menjauhi penyakit-penyakit kronis jiwa seperti kesombongan dan kekikiran, serta secara aktif membangun modal utama kita: takwa dan akhlak mulia. Dengan merenungi dan mengamalkan setiap pasang wejangan yang ringkas namun padat ini, kita bukan hanya memperbaiki hubungan kita dengan Allah, tetapi juga dengan sesama manusia, menjamin bahwa kita berjalan di atas jalur keridaan, bukan kerugian.
PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB)
MTs JAM'IYAH ISLAMIYAH
Jangan lewatkan kesempatan emas ini! Daftarkan putra/putri Anda untuk mengikuti program pendidikan holistik yang memadukan kurikulum Pendidikan Islam yang kokoh dengan pengembangan Ilmu Umum, kemampuan Akademik, dan literasi Teknologi terkini. Hanya 96 kursi tersedia untuk siswa/siswi terbaik!
DAFTAR SEKARANG
