Pendahuluan
Pendidikan adalah proses yang kompleks dan terus berkembang. Ia tidak sekadar menjadi sarana untuk mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi wadah pembentukan karakter, pola pikir, serta kecakapan hidup peserta didik. Dalam era modern yang penuh dengan tantangan global, seorang guru tidak lagi cukup hanya mengajar. Guru dituntut menjadi fasilitator pembelajaran yang inspiratif, reflektif, serta adaptif terhadap perubahan zaman.
Tantangan pendidikan saat ini menuntut adanya transformasi dari pembelajaran dangkal (yang berfokus pada hafalan dan nilai ujian) menuju pembelajaran mendalam atau deep learning, yang mengutamakan pemahaman konseptual, kemampuan berpikir kritis, serta penguatan nilai dan karakter. Di sinilah peran guru menjadi sangat penting, bukan hanya untuk memastikan siswa memahami materi, tetapi juga agar mereka mampu mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan nyata.
Menurut Dr. Ida Rohayani, M.Pd., guru perlu mengembangkan tiga sikap utama dalam setiap proses pembelajaran, yaitu mindful (berkesadaran), meaningful (bermakna), dan joyful (menyenangkan). Ketiga prinsip ini menjadi pondasi penting untuk membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat secara moral dan emosional.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memanusiakan manusia. Guru berperan sebagai pembimbing yang menyalakan semangat belajar sepanjang hayat (lifelong learner), bukan sekadar penyampai materi. Melalui perencanaan pembelajaran yang matang dan reflektif, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang menginspirasi dan bermakna bagi setiap siswa.
Empat Ciri Sekolah Berkualitas
Dalam paradigma baru pendidikan, sekolah yang hebat bukan hanya yang berprestasi tinggi, tetapi juga yang memiliki budaya belajar yang sehat dan berkelanjutan. Ada empat ciri utama sekolah berkualitas yang selaras dengan arah Kurikulum Merdeka:
-
Pembelajaran Berpusat pada MuridSekolah yang baik memberikan ruang bagi siswa untuk aktif berpikir, berkreasi, dan berpartisipasi. Guru merancang pembelajaran yang efektif, bermakna, dan menyesuaikan dengan kebutuhan belajar setiap peserta didik.
-
Guru yang Reflektif dan KolaboratifGuru yang sukses adalah guru yang mau belajar dari pengalaman. Refleksi menjadi bagian penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu, kolaborasi antar guru menciptakan ekosistem sekolah yang saling mendukung.
-
Iklim Sekolah yang Aman, Inklusif, dan Merayakan KebinekaanSekolah harus menjadi tempat yang nyaman bagi semua. Tidak boleh ada diskriminasi, kekerasan, atau intoleransi. Keberagaman di sekolah justru menjadi kekuatan untuk belajar menghargai perbedaan.
-
Kepemimpinan yang Visioner dan BerkelanjutanKepala sekolah dan guru harus memiliki visi yang jelas tentang arah pembelajaran. Kepemimpinan yang reflektif akan mendorong perbaikan terus-menerus di semua aspek layanan pendidikan.
Pola Pikir (Mindset): Fondasi Pembelajaran Berkualitas
Banyak persoalan pendidikan muncul bukan karena kurangnya fasilitas, tetapi karena pola pikir yang keliru. Guru dan siswa perlu membangun growth mindset — keyakinan bahwa kemampuan dapat berkembang melalui usaha dan pembelajaran terus-menerus. Sebaliknya, fixed mindset membuat seseorang mudah menyerah dan enggan mencoba hal baru.
Dengan growth mindset, guru melihat setiap tantangan sebagai peluang untuk tumbuh. Guru tidak takut gagal, karena kegagalan dianggap sebagai bagian dari proses belajar. Sikap ini penting agar siswa juga memiliki keberanian untuk berpikir kritis, kreatif, dan pantang menyerah.
“Kalau orang berpikir dengan growth mindset, maka dia yakin masalah yang hanya sedikit itu jalan keluarnya banyak.”— Prof. Abdul Mu’ti, Kemendikdasmen RI
Perencanaan Pembelajaran Deep Learning
Perencanaan pembelajaran adalah kunci keberhasilan proses belajar mengajar. Guru perlu merancang kegiatan belajar yang terarah namun fleksibel, dengan tiga unsur utama:
-
Tujuan PembelajaranMenjabarkan kompetensi dan ruang lingkup materi sesuai kurikulum.
-
Kegiatan PembelajaranMenggunakan strategi aktif seperti Project-Based Learning, Problem-Based Learning, Inquiry, atau Contextual Learning.
-
Asesmen PembelajaranMenilai proses dan hasil belajar secara menyeluruh, bukan hanya melalui tes tertulis.
Selain itu, guru juga dapat memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif dan kolaboratif, misalnya dengan video pembelajaran, forum daring, atau platform kuis online. Lingkungan belajar harus dibuat aman, nyaman, dan memberi ruang bagi siswa untuk berpikir bebas serta menyampaikan pendapat dengan percaya diri.
Asesmen dan Penilaian yang Bermakna
Asesmen bukan sekadar alat ukur, tetapi bagian dari proses belajar itu sendiri. Dalam deep learning, asesmen dibagi menjadi tiga jenis utama:
-
Assessment as Learning – penilaian diri dan sejawat untuk menumbuhkan refleksi.
-
Assessment for Learning – penilaian yang digunakan untuk memberikan umpan balik dan perbaikan.
-
Assessment of Learning – penilaian akhir untuk melihat capaian pembelajaran.
Guru dapat menggunakan berbagai teknik seperti proyek, portofolio, observasi, refleksi, dan tes performa. Yang terpenting, asesmen harus memberi manfaat nyata bagi perkembangan siswa, bukan sekadar angka di rapor.
Pengolahan Hasil Belajar dan Kenaikan Kelas
Nilai rapor dalam Kurikulum Merdeka bukan lagi sekadar angka, tetapi deskripsi capaian kompetensi yang menggambarkan perkembangan siswa secara utuh. Penilaian dilakukan berdasarkan hasil asesmen sumatif dan formatif, serta disertai catatan reflektif dari guru.
Kenaikan kelas bukanlah “hukuman” bagi siswa yang belum tuntas, melainkan kesempatan untuk memperbaiki dan berkembang. Guru bersama orang tua perlu bekerja sama membantu siswa agar menemukan cara belajar terbaik sesuai karakter dan potensinya.
Penutup
Pembelajaran yang bermakna tidak lahir dari metode mengajar yang rumit, tetapi dari kesadaran guru untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Guru yang reflektif, kreatif, dan berpola pikir positif akan menularkan semangat yang sama kepada siswanya.
Melalui penerapan deep learning dan perencanaan pembelajaran yang matang, kita dapat mewujudkan madrasah yang hebat — tempat di mana siswa tidak hanya diajarkan untuk pintar, tetapi juga berakhlak, mandiri, dan berdaya saing.
“Pendidikan bermutu berawal dari pembelajaran yang bermakna.”– Dr. Ida Rohayani, M.Pd.
📘 Sumber utama: Presentasi “Deep Learning dan Perencanaan Pembelajaran” oleh Dr. Ida Rohayani, M.Pd.
